Metode Penciptaan Bersama di Balik Buku Trilogi Lakon Teater Garasi

Peluncuran Buku dan Kulababong Trilogi Lakon Penciptaan Bersama Teater Garasi: je.ja.lan, Tubuh Ketiga, Yang Fana adalah Waktu Kita Abadi dilangsungkan pada Selasa, 20 Mei 2025 di Aula Kamrel, Wairklau. 

Forum ini menghadirkan Silvester Petara Hurit (Nara Teater), Yudi Ahmad Tajudin, dan Ugoran Prasad (Teater Garasi) dan dipandu oleh Eka Putra Nggalu. Acara ini juga dibuka dengan penyerahan buku Trilogi Lakon secara simbolis dari Yudi Ahmad Tajudin kepada Kartika Solapung dari Komunitas KAHE.  

Yudi dalam diskusi tersebut menyatakan bahwa metode penciptaan bersama sebagai creative creation, penekanannya pada bersama. Latar belakang penciptaan bersama salah satunya adalah proses penciptaan karya yang tidak tunggal, dan bukan hanya berasal dari sutradara atau penulis. 

Proses penciptaan bersama ini tentang bagaimana ide,isu, dan konsep mula-mula disusun dan diterjemahkan bersama-sama. Ada sutradara, namun perannya relatif berbeda. Sutradara bertugas untuk memoderasi percakapan, melontarkan pertanyaan-pertanyaan dan pada tingkatan tertentu menawarkan struktur. 

Pada kesempatan tersebut, Ugoran Prasad juga menyebut bahwa metode penciptaan bersama berjalan seiring praktik. Dalam penggagasannya, metode penciptaan bersama terinspirasi dari banyak pemikir dan praktik dari teater-teater sebelumnya. Arifin C Noer, Putu Wijaya, Augusto Boal, dan lain-lain. 

Metode penciptaan bersama juga merupakan hasil dari pencarian atas bagaimana membuat teater. Metode ini juga berkaitan dengan asal muasal Teater Garasi yang pada awalnya adalah sebuah teater kampus. 

Ambisi besar Teater Garasi adalah membuat satu ruang pertemuan untuk menyampaikan ide dan kegelisahan tertentu dan untuk berdialog  karena pada konteks saat itu, penyampaian kegelisahan atas tekanan Orde Baru hanya bisa dilakukan dengan medium teater. 

Dalam proses membuat karya, setiap karya yang diciptakan oleh Teater Garasi adalah upaya untuk mencari strategi dan mengobrolkan isu tertentu dengan tepat. Dari situasi itulah ia berkembang metode penciptaan bersama. 

Yudi menyebut evolusi metode ini dimulai pada 2001, namun eksperimennya sudah dilakukan sebelum itu. Justru metode penciptaan bersama dicatat pertama kali pada 2015. Saat itu, Teater Garasi, mendapat undangan untuk membuat workshop penciptaan bersama di sebuah festival di Hongkong. Yudi dan Ugo mulai menuliskannya sebagai metode yang komprehensif saat itu. 

Pada 2015, ada 5 langkah penciptaan bersama yaitu locating the question (menentukan dan menetapkan pertanyaan), source works (kerja gali sumber), improvisasi, kodifikasi, dan komposisi. Belakangan presentasi dimasukkan sebagai langkah penciptaan bersama. 

Tahap presentasi penting sebagai tahapan metodologi dengan memperhitungkan strategi penempatan ruang, penonton diposisikan, dan lain-lain. Presentasi juga menjadi tahap penciptaan sesungguhnya dan menjadi bagian integral dari karya. 

Ketiga lakon yang menjadi trilogi itu awalnya tidak diniatkan sebagai trilogi. Je.ja.lan diciptakan pertama kali pada 2008, Tubuh Ketiga diciptakan pada 2010 , dan Yang Fana adalah Waktu Kita Abadi pada 2015. Ketiga karya ini saling bertaut dengan tema dan isu yang disebut sebagai kenyataan-kenyataan yang berlangsung di Indonesia. 

Menariknya naskah lakon ini lahir dari pertunjukan yang sudah dipentaskan sehingga kerap disebut sebagai teater yang menulis lakon. Ugo percaya bahwa proses menulis lakon lebih mudah, karena teksnya sudah banyak dengan presentasi yang menuntun dengan pembacaan. 

Proses menulis juga pernah dilakukan pada Waktu Batu (2001); bereksperimen dengan rekan kerja yang cerewet (dalam pengertian yang positif), menanggalkan sentralitas pengarang, menggunakan bahasa yang deskriptif tanpa perlu menambah nambahi bunga-bunga di tiap kata. 

Kuncinya di editing untuk mengurutkan adegan yang lebih clear. Pengecekan dilakukan untuk mengecek apakah naskah ini sudah sesuai dengan presentasi yang ada di pertunjukan. Teknik menulisnya adalah dengan menuliskannya secara deskriptif. 

 “Sebenarnya kita punya banyak sekali kemungkinan untuk membuat naskah lakon yang banyak di Indonesia karena ada kemungkinan menulis atau mentranskrip naskah,” kata Ugo.

Naskah lakon yang sudah jadi memiliki kemungkinan untuk kembali ke publik, melepas asalnya dan menjadi pembacaan-pembacaan baru. 

Ketika ditulis sebagai naskah lakon, ia diposisikan sebagai naskah lakon yang bisa diterjemahkan oleh naskah lakon yang lain. Trilogi ini juga diterbitkan oleh Sokong Publishing. Peluang ini adalah bekerja sama dengan Sokong yang mengerjakan buku ini sebagai artwork yang membuka kemungkinan diskusi buku sebagai karya seni. Selain itu, sebagai karya sastra, trilogi ini bisa menemukan belantara lain dan bertualang. 

Silvester Hurit juga membagi praktik metode penciptaan yang di teater Nara. Dalam membuat naskah, para aktor juga turut membentuk konsep. Nara Teater biasanya menuliskan sinopsis tertentu terlebih dahulu lalu direspon oleh para aktor lain. 

Pada tradisi Lamaholot pun, metode penciptaan bersama bisa dilihat dalam tarian sole oha yang ditampilkan oleh masing-masing orang dalam bentuk pekikan dan lantunan syair-syair yang saling menimpali. 

 

Share :

0 0 votes
Article Rating
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
persatuan petani magepanda
persatuan petani magepanda
3 months ago

Terima Kasih Maumerelogia sdh hadirkan acara acara keren ini di Maumere

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x