Membaca Pameran BARU, BARU. melalui Kacamata Pariwisata

Berangkat dari menghadiri pameran BARU, BARU.  pada Festival MAUMERELOGIA 5 yang diselenggarakan oleh Komunitas KAHE dalam kolaborasinya bersama RUBANAH, pada hari Rabu, 15 Mei 2025, bertempat di Aula Karmel, Wairklau, pameran ini pada akhirnya membuat saya pulang dan berpikir, berkali-kali. Saya mendapati diri mulai merasakan keresahan. Ruangan Aula Karmel seketika berubah menjadi ruang kontemplatif tentang luka sejarah, demokrasi yang semu dan relasi kuasa yang terus berulang. 

Diskusi publik bertajuk Analectica: Menciptakan Masa Lalu yang Lebih Baik menghadirkan perspektif mendalam tentang bagaimana sejarah pinggiran dapat menjadi kunci membongkar masa kini yang timpang. 

Menariknya, jika pameran BARU, BARU. dibaca dari perspektif pariwisata, pameran ini menyuguhkan refleksi kritis yang mendalam tentang wajah baru kolonialisme dalam industri pariwisata, secara khusus ekowisata.

Ekowisata kerap hadir dengan janji mulia: melestarikan lingkungan, memberdayakan masyarakat lokal, dan meminimalisasi jejak ekologis wisatawan. Namun di banyak tempat salah satunya di Labuan bajo —termasuk Maumere— realitasnya jauh lebih rumit. Banyak komunitas lokal yang justru kehilangan akses atas ruang hidup mereka, budaya mereka dikemas menjadi produk atraktif, dan lingkungan alam tetap tereksploitasi atas nama “keberlanjutan.”

Sebagaimana dikritisi dalam pameran BARU, BARU., sejarah seringkali tampil dalam bentuk tragedi yang dikemas menjadi komedi. Hal serupa terjadi dalam ekowisata: pelestarian alam dan budaya yang seolah lucu dan indah di brosur, menyembunyikan konflik lahan, perampasan pengetahuan lokal, dan dominasi narasi eksternal atas identitas masyarakat. 

Di balik wajah “hijau” pariwisata berkelanjutan, praktik neokolonialisme merasuk melalui kontrol atas narasi, estetika, dan orientasi pembangunan. Kawasan yang diklaim sebagai “destinasi wisata berbasis komunitas” seringkali tetap dikendalikan oleh aktor eksternal: investor, LSM internasional, atau agen perjalanan global. Komunitas lokal diundang, tapi jarang diberi ruang untuk memutuskan arah. 

Identitas mereka pun dijinakkan. Budaya lokal disajikan dalam paket tour yang terkurasi, dipisahkan dari konteks hidupnya, dan menjadi komoditas yang dijual kepada wisatawan yang mencari “keaslian” dalam format yang sudah disiapkan.

Salah satu pesan penting dari pameran BARU, BARU. adalah perlunya membalik cara pandang kita. Apa yang disebut pinggiran bukanlah tempat yang pasif dan menunggu dijangkau pembangunan, tapi ruang produksi pengetahuan, sejarah, dan perlawanan. Dalam konteks ekowisata, ini berarti menggeser kendali narasi dari aktor luar ke tangan komunitas lokal sendiri.

Ekowisata yang adil seharusnya bukan hanya soal menginap di homestay dan tidak membuang sampah plastik. Ia harus menyentuh aspek struktural: hak atas tanah, hak atas representasi, dan hak untuk berkata “tidak” terhadap model pembangunan yang merugikan. Ini bukan lagi soal bagaimana wisatawan berperilaku, tetapi siapa yang memiliki kuasa. 

Dalam karya video Terpesona dalam Kegelisahan oleh Nadia Bamadhaj (2022) yang ditampilkan dalam pameran, tubuh-tubuh tentara menari dalam gerak lambat. Gerakan yang indah namun penuh ketegangan, mencerminkan estetika yang dipaksakan. Bukankah ini pula yang terjadi dalam pariwisata? Keindahan yang dikurasi, kegelisahan yang dibungkam.

Pameran BARU, BARU. dan diskusi analectica menyadarkan kita bahwa demokrasi dan pembangunan tidak boleh berhenti pada simbol. Dalam pariwisata, ini berarti kita perlu bertanya: “siapa yang menentukan makna “keberlanjutan”? Siapa yang paling diuntungkan dari narasi “pelestarian”?

Masyarakat lokal, seperti di Maumere maupun Labuan Bajo, berhak bukan hanya menjadi pelaku dalam pariwisata, tetapi menjadi pemilik suara utama. Seperti pesan yang dibawa dalam pameran ini, masa lalu bisa diciptakan ulang, tapi masa depan harus diperjuangkan. Ekowisata tak bisa hanya hijau di permukaan; ia harus adil di dalamnya.

Share :

5 1 vote
Article Rating
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x