Keramaian yang terlihat pada Sabtu, 17 Mei 2025 di Jalan El Tari Maumere, bukan sekadar keramaian Car Free Night seperti biasanya.
Warga dari berbagai usia berkumpul dalam satu semangat: merayakan Maumere, menyuarakan kegelisahan kolektif, dan menunjukkan bahwa seni bisa menjadi medium percakapan yang dalam dan bermakna.
Festival Maumerelogia 5 resmi dibuka, menandai babak baru dalam ikhtiar anak muda dan komunitas di kota ini membangun ruang obrolan yang lebih inklusif.
“Ini bukan hanya soal pertunjukan, tapi soal positioning Maumere sebagai kota yang berpikir, merespons, dan terus bergerak. Menjadi ruang percakapan kritis bersama warga, membahas inklusivitas gender, sejarah, dan berbagai hal penting serta mendesak adalah tujuan dari festival ini,” ungkap Direktur Festival Maumerelogia, Eka Putra Nggalu dalam sambutannya.
Maumerelogia, kata Eka, bisa menjadi cermin bagi pemerintah untuk melihat kegelisahan warganya.
Maumerelogia menggunakan kesenian sebagai medium untuk membicarakan kota: bagaimana ia tumbuh, bagaimana ia terluka, dan bagaimana ia bisa sembuh. Semua ini terjadi karena adanya solidaritas antar komunitas, karena kami percaya bahwa perubahan lahir dari kebersamaan.
Menariknya, pembukaan Maumerelogia 5 tahun ini juga secara performatif bisa mendudukkan Bupati Sikka, Ketua DPRD Sikka dan warga di ruang publik.
Hal ini diutarakan langsung oleh Bupati Sikka, Juventus Prima Yoris sekaligus menyampaikan rasa kagum dan terima kasihnya kepada Komunitas KAHE sebagai inisiator festival.
“Biasanya jabatan tinggi itu susah disentuh, tapi malam ini kami ada di tengah warga, mendengar dan merayakan bersama. Ini bentuk baru hubungan antara pemerintah dan masyarakat,” kata Juventus.
Ia juga menekankan bahwa perspektif anak muda adalah pilihan utama untuk membangun kota, dan sinergi dengan komunitas seperti Komunitas KAHE akan terus didorong.
Yudi Ahmad Tajudin dari Garasi Performance Institute memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif Komunitas KAHE. Menurutnya, keberanian komunitas untuk menciptakan ruang publik yang inklusif dan hidup adalah langkah berani.
“Maumerelogia bukan hanya festival. Ini adalah cara warga dan seniman menyusun ulang relasi mereka dengan kota dan pemerintah,” katanya.
Dalam orasi budaya, Are de Peskim, Anggota DPRD Sikka mengajak masyarakat untuk menyadari kekayaan kultur yang diwarisi dan tumbuh di tanah Maumere.
Mantan aktivis dan jurnalis ini menyebut Maumere bukan sekadar ruang geografis, tetapi lanskap batin yang penuh dengan nilai, sejarah, dan narasi kolektif yang perlu terus dirawat dan diceritakan.
“Warisan kita bukan hanya benda mati. Ia hidup dalam tutur, dalam tarian, dalam suara yang terus kita wariskan dari generasi ke generasi,” Kata Are disambut tepuk tangan warga.
Setelah orasi budaya, Sora Dendang orin deot dari Kloangpopot, grup musik kampung Leisplang, dan Bruder Rino langsung menghentak warga.
Musik mengalun, tubuh-tubuh menari di antara kerumunan, dan kota berpesta. Tak ada batas antara penonton dan panggung pertunjukan, semua menjadi bagian dari peristiwa bersama yang terasa akrab dan monumental.
Festival ini juga menjadi saksi bahwa seni mampu menyatukan. Anak-anak, ibu-ibu, pemuda, hingga tokoh masyarakat tumpah ruah di jalanan. Semua hadir bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai bagian dari pesta kota yang jujur dan hidup.
Di tengah kompleksitas tantangan kota, Maumerelogia menawarkan harapan bahwa kebersamaan, gotong royong, dan keberanian untuk bersuara bisa menjadi fondasi pembangunan yang nyata.
Maumerelogia 5 berlangsung hingga 24 Mei 2025 dengan berbagai program seni, diskusi, dan pertunjukan lainnya. Namun, satu hal yang pasti: Maumere bukan kota yang statis. Ia mendengar, ia bergerak, dan ia merayakan kebersamaan untuk warga.








luar biasa sekali acara ini. bisa memberi referensi kesenian bagi kami para petani. terima kasih sdh undang kami ke acara ini.